Saturday, 23 April 2016

Takkan Pernah Berhenti Menyebarkan CintaNya

Dari Abi Musa, dari Rasulullah SAW, sabdanya: 

"Perumpamaan hidayah dan ilmu yang aku bawa daripada Allah adalah bagaikan hujan yang lebat menimpa bumi; maka ada bahagiannya yang subur dan mudah menyerap air, lalu tumbuhlah pokok dan rumput yang banyak, dan ada pula bahagiannya yang keras hanya menakung air tetapi tidak menyerap, lalu manusia dapat mengambil manfaat daripadanya seperti minum, menyirami dan pengairi tanaman, dan ada pula bahagian yang lain iaitu bahagian tanah yang sama sekali tidak menerima air dan tidak pula tumbuh tanaman (diatasnya). Yang demikian itu adalah perumpamaan (untuk) orang yang memahami agama Allah (tafaqquh fid din), dia dapat mengambil manfaat daripada apa yang diberikan oleh Allah kepadaku, lalu ia mengetahuinya dan mengajarkannya (kepada orang lain); dan perumpamaan (untuk) orang yang tidak mengangkat kepala dengan itu; dan (perumpamaan untuk orang) yang tidak menerima hidayah yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepadaku". 



SYARAH AL HADIS: 

Baginda Rasul SAW membuat perumpamaan diri beliau yang telah menerima hidayah dan ilmu dari Allah seperti hujan yang lebat, sedangkan sikap umat manusia pula seperti tiga jenis tanah yang berbeza-beza. 

1. TANAH YANG SUBUR : 

Baginda menyamakan sikap orang yang bersedia mengambil pengajaran yang beliau bawa dan bersungguh-sungguh berusaha memahami dan mendalami urusan agamanya (tafaqquh fiddin), lalu ilmu tersebut diamalkannya dan disebarkannya kepada orang lain, dan dengan demikian dirinya menjadi tenang dan tenteram dan orang lain juga mendapat manfaatnya. Mereka tidak ubahnya seperti bahagian tanah yang menerima air hujan. Tanah tersebut akan menjadi subur dan akan tumbuh diatasnya pohon-pohonan dan rumput yang subur dan berguna untuk makhluk lain. 

2. TANAH KERAS YANG MENAKUNG AIR : 

Baginda juga mengumpamakan orang yang mahu menerima pengajaran daripada beliau dan disebarkannya kepada orang lain tetapi sayangnya dia sendiri tidak tafaqquh fiddin (tidak berusaha untuk mendalami agamanya) dan tidak mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupannya sehari hari. Manusia jenis ini pula tidak ubahnya seperti bahagian tanah yang keras tetapi berlekuk-lekuk, ia hanya mampu menakung air hujan tetapi tidak menyerap airnya, tidak ada pohon dan rumput yang tumbuh kerana keras permukaannya. Makhluk lain dapat mengambil manfaat daripada air yang ditakungnya itu, samada untuk minum, berwuduk, mandi, berkubang, menyirami tanaman dan lain-lain. Mereka tidak ubah seperti lilin yang menerangi orang lain tetapi memusnahkan dirinya sendiri. 

3. TANAH YANG DATAR LAGI KERAS: 

Selanjutnya baginda mengumpamakan orang yang menolak ajaran yang beliau bawa dan tidak pula berusaha memahaminya seperti tanah yang keras. Sudahlah tidak mahu menerima air hujan, malahan menakungnya pun tidak. Maknanya selain tidak memberi manfaat kepada orang lain, dirinya juga tidak mendapat manfaat. Semoga kita semua termasuk kedalam kelompok pertama iaitu: ‘Alim (berilmu), ‘Amil (beramal), Mu’allim (mengajar orang lain) Kita bersedia menerima apa saja yang datang dari Rasulullah SAW., berusaha sekuatnya untuk mendalami segala selok-belok ajaran baginda , mengamalkannya dalam kehidupan lalu hidayah tersebut kita sebarkan semampu boleh kepada orang lain supaya kewujudan kita di muka bumi ini memberi manfaat kepada mereka, terutama sekali keluarga dan kerabat sendiri. Jika usaha ke arah itu telah wujud pada seseorang, itu bermakna Allah menghendaki agar dia menjadi orang yang baik. 
Ini berdasarkan sabda Nabi SAW; 


"Barangsiapa yang Allah inginkan agar dia menjadi orang yang baik, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama." 

 
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
nescaya Allah akan memperbaiki amal-amal kamu dan mengampuni dosa-dosamu..."
( al ahzab: 70-71 )

Satu hari seorang ukhti berkongsi perasaan tentang ayat ini. Katanya, teruskanlah menyebarkan perkataan kita yang benar ini, syahadah kepada seluruh dunia.

Nimat Ini

Terlalu banyak syndrome yang perlu dihafal, yang pelik namanya dan yang tidak pernah dijumpai pun kerana terlalu rare agaknya. Pandangan dialihkan ke luar tingkap. Kelihatan dua orang kanak-kanak menconteng buku sambil berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Hearing loss atau articulation disorder ke adik ni? Tapi kedua-duanya tampak aktif dan tiada sign of dysmorphism. Ada apa-apa chromosomal abnormalities ke?

Pening memikirkan itu dan ini. Terlalu banyak penyakit di dunia... dan kadang-kandang penyakit yang sangat jarang berlaku itu boleh dijumpai di sini kerana banyak kadar 'consanguinity' atau kahwin sepupu di negara arab ini.

Tiba-tiba, sesuatu terlintas di hati. Alangkah indahnya nikmat pendengaran dan percakapan ini. Dengannya aku dapat mengalunkan dan mendengar alunan bacaan al-quran. Entah apa terjadi dengan hidup kalau diri tidak lagi dapat mendengar alunan-alunan indah itu.

Tak habis-habis diri mengadu kekurangan itu dan ini. Padahal nikmat Allah itu tidak terhitung.

" Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohon kepada-Nya. Dan jika kamu mengitung nikmat Allah nescaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). "
( ibrahim:34 )

Moga tidak tergolong dalam kalangan yang mengingkari nikmatNya.. T.T

Rijalun Sodaqu



Anas (May Allah be pleased with him) said:
My uncle Anas bin An-Nadr (May Allah be pleased with him) was absent from the battle of Badr and he said: "O Messenger of Allah! I was absent from the first battle you fought against the pagans, and if Allah let me participate in a battle against the pagans, Allah will see what I do." So he encountered the day of Uhud Battle. The Muslims left the positions (the Prophet (ﷺ) told them to keep) and were defeated, he said: "O Allah! excuse these people (i.e., the Muslims) for what they have done, and I am clear from what the pagans have done". Then he went forward with his sword and met Sa'd bin Mu'adh (fleeing) and said to him: "By the Rubb of the Ka'bah! I can smell the fragrance of Jannah from a place closer than Uhud Mount". Sa'd said: "O Messenger of Allah, what he did was beyond my power". Anas said: "We saw over eighty wounds on his body caused by stabbing, striking and shooting of arrows and spears. We found that he was killed, and mutilated by the polytheists. Nobody was able to recognize him except his sister who recognized him by the tips of his fingers." Anas (May Allah be pleased with him) said: "We believe that the Ayah 'Among the believers are men who have been true to their covenant with Allah [i.e., they have gone out for Jihad (holy fighting), and showed not their backs to the disbelievers]...' (33:23), refers to him and his like".
[Al-Bukhari and Muslim].

الخامس عشر‏:‏ عن أنس رضي الله عنه، قال‏:‏ غاب عمي أنس ابن النضر رضي الله عنه، عن قتال بدر، فقال‏:‏ يارسول الله غبت عن أول قتال قاتلت المشركين، لئن الله أشهدني قتال المشركين ليرين الله ما أصنع‏.‏ فلما كان يوم أحد انكشف المسلمون، فقال اللهم أعتذر إليك مما صنع هؤلاء - يعني أصحابه- وأبرأ إليك مما صنع هؤلاء- يعني المشركين- ثم تقدم فاستقبله سعد بن معاذ، فقال‏:‏ ياسعد بن معاذ الجنة ورب الكعبة، إني أجد ريحها من دون أحد‏.‏ قال سعد‏:‏ فما استطعت يا رسول الله ما صنع‏!‏ قال أنس‏:‏ فوجدنا به بضعاً وثمانين ضربة بالسيف، أو طعنة برمح ، أو رمية بسهم، ووجدناه قد قتل ومثل به المشركون فما عرفه أحد إلا أخته ببنانه‏.‏
قال أنس‏:‏ كنا نرى أو نظن أن هذه الآيه نزلت فيه وفي أشباهه‏:‏ ‏{‏من المؤمنين رجال صدقوا ما عهدوا الله عليه‏}‏ ‏(‏‏(‏ الأحزاب‏:‏ 23‏)‏‏)‏ إلى آخرها‏.‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏


Dari Anas r.a., katanya: "Pamanku, yaitu Anas bin an-Nadhr r.a. tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk memerangi kaum musyrikin. Jikalau Allah mempersaksikan saya - menakdirkan saya ikut menyaksikan - dalam memerangi kaum musyrikin - pada waktu yang akan datang, niscayalah Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat.

Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas - bin an-Nadhr - itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran - pengampunan - padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu - yang dimaksudkan ialah kawan-kawannya karena meninggalkan tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w. - juga saya berlepas diri - maksudnya tidak ikut campur tangan - padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka - yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum Muslimin.

Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai Ka'bah (Baitullah), sesungguhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat di dekat Uhud."

Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas itu, ya Rasulullah."

Anas - yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik kemanakan Anas bin an-Nadhr - berkata; "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an-Nadhr itu delapanpuluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabik-cabiknya.

Oleh sebab itu seorangpun tidak dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja, karena mengenal jari-jarinya." Anas - perawi Hadis ini - berkata: "Kita sekalian mengira atau menyangka bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas bin an-Nadhr itu atau orang-orang yang seperti dirinya, yaitu ayat -yang artinya: "Di antara kaum mu'minin itu ada beberapa orang yang menempati apa yang dijanjikan olehnya kepada Allah," sampai seterusnya ayat tersebut.
(Muttafaq 'alaih)

Lafaz Layuriannallah, diriwayatkan dengan dhammahnya ya' dan kasrahnya ra', artinya: Niscayalah Allah akan memperlihatkan yang sedemikian itu - apa-apa yang dilakukannya - kepada orang banyak. Diriwayatkan pula dengan fathah keduanya - ya' dan ra'nya -dan maknanya sudah jelas - yaitu: Niscayalah Allah akan melihat apa-apa yang dilakukan olehnya. Jadi membacanya ialah: Layara-yannallah. Wallahu alam.

Keterangan:
Anas bin an-Nadhr r.a. mengatakan kepada Rasulullah s.a.w. bahwa dalam peperangan yang pertama yakni perang Badar tidak ikut, kemudian dalam peperangan kedua, yakni perang Uhud ikut menyertai pasukan ummat Islam melawan kaum kafirin dan musyrikin.

Kemudian ia berkata di hadapan Rasulullah s.a.w. sebagai janjinya, andaikata ia mengikuti, niscaya Allah akan menampakkan apa yang hendak dilakukan olehnya atau Allah pasti mengetahui apa yang hendak diperbuatnya.

Ia mengatakan sebagaimana di atas itu setelah selesai perang Badar dan belum lagi terjadi perang Uhud. Yang hendak diperbincangkan di sini ialah mengenai kata-kata Anas tersebut berbunyi Maa ashna-'u, artinya: Apa-apa yang akan saya lakukan. Mengapa ia tidak berkata saja: Aku akan bertempur mati-matian sampai titik darah yang penghabisan, sebagaimana yang biasa dikatakan oleh orang-orang di zaman kita sekarang ini. Nah, inilah yang perlu kita bahas sekedarnya.

Al-lmam al-Qurthubi dalam mengupas kata-kata Anas r.a. yaitu Maa ashna-'u itu menjelaskan demikian:

Ucapan Sayidina Anas r.a., juga sekalian para sahabat Rasulullah s.a.w. selalu mengandung makna yang dalam. Anas r.a. misalnya, dalam menyatakan janjinya akan mengikuti peperangan bila nanti terjadi peperangan lagi dengan hanya mengatakan: Maa ashna-'u, itu mempunyai kandungan bermacam-macam, umpamanya:

Ia tidak memiliki sifat kesombongan dan ketakaburan dan oleh sebab itu tidak mengatakan bahwa ia akan berjuang mati-matian sampai hilangnya jiwa yang dimilikinya dan amat berharga itu. Orang yang sombong itu umumnya tidak menepati janji yang diucapkan. Kadang-kadang baru melihat musuh sudah lari terbirit-birit atau sebelum melihatnya saja sudah tidak tampak hidungnya.

Anas r.a. sengaja memperkokohkan ucapannya sendiri dan benar-benar dipenuhi. Diri dan jiwanya akan betul-betul dikurbankan untuk meluhurkan kalimat Allah yakni agama Islam dengan jalan melawan musuh yang sengaja menyerbu negara dan hendak melenyapkan agama yang diyakini kebenarannya itu.

Ia hendak berusaha keras memenangkan peperangan dan mencurahkan segala daya dan kekuatannya tanpa ada ketakutan sedikitpun akan tibanya ajal, sebab setiap manusia pasti mengalami kematian, hanya jatannya yang berbeda-beda.

Ia takut kalau-kalau apa yang hendak dilakukan nanti itu belum memadai apa yang diucapkan, sebab mengingat bahwa segala gerakan hati dapat saja diubah-ubah oleh Allah Ta'ala. Mungkin hari ini putih,tetapi besoknya sudah menjadi hitam. Itulah yang dikuatirkan olehnya, sehingga semangatnya yang asalnya menyala-nyala, tiba-tiba mengendur tanpa disadari.

Selanjutnya setelah terjadi perang Uhud ia menunjukkan perjuangan yang sebenar-benarnya, sampai-sampai terciumlah olehnya bau-bauan dari syurga dan akhirnya ia gugur sebagai pahlawan syahid fi-sabilillah. Untuk menegaskan janji Anas r.a. inilah Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Quran:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
mina almu'miniina rijaalun shadaquu maa 'aahaduu allaaha 'alayhi faminhum man qadaa nahbahu waminhum man yantazhiru wamaa baddaluu tabdiilaan

"Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu  {1209} dan mereka tidak merobah (janjinya),"
{1209} Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.

Among the faithful are men who fulfill what they have pledged to Allah. Of them are some who have fulfilled their pledge, and of them are some who still wait, and they have not changed in the least,
(QS. Al-Ahzab [33]:23)

Saturday, 2 April 2016

Jaulah Mesir ^^

Seceria Sang Suria dinihari, segemerlip bintang-bintang di langit, jadilah seperti itu kepada manusia-manusia sekeliling. Mereka memerlukan cahayamu. Meski itu hanya sekadar senyuman, jangan pernah hilangkan dari dirimu, kerana tanpa pengetahuanmu, kadang senyuman itu berjaya menyentuh sebuah hati yang dalam kesedihan dan hampir berputus asa dan tatkala melihatmu, dia akan kembali memperoleh semangatnya. Kenapa aku berkata begitu? Kerana jiwa ini pernah merasainya dan dikuatkan hanya dengan satu senyuman ikhlas dari seorang sahabat.

Dan kembali kepada tajuk utama hari ini; Jaulah Mesir. Kenapa aku ingin tuliskan? Menyebarkan nikmat ini, menyebarkan cintaNya ke seluruh bumi. Jika dibelek-belek blog orang lain, tidak terjumpa apa yang aku ingini. Maka hari ini aku menulis supaya orang yang seperti aku berjumpa apa yang dicari.

Jaulah Mesir; Jaulah seorang Daie untuk memperkasakan Tarbawi dan Ruhinya.

Mungkin ini tajuknya selepas apa yang dilalui di sana dengan macam-macam tarbiyah dari Allah. Pada mulanya, hati ingin mendapat semangat-semangat dakwah daripada kisah Nabi Musa dan juga Hassan al Banna. Namun, lain perancangan Allah dan sesungguhnya ini satu perjalanan yang terlalu banyak dugaan, cabaran, ketakutan dan pergantungan yang hebat kepada Allah.

Dan mulaaa...

Dalam Kegelapan Itu

Aku mendaki Gunung Sinai berseorangan dalam kegelapan. Disebabkan ada rakan-rakan se'trip' yang terlalu laju dan ada pula terlalu lambat, maka aku di tengah-tengah. Asalnya, aku punya kawan yang menemani, namun dek kelambatan aku, dia meneruskan pendakian dahulu. Dan tinggal lah diri ini berseorangan dalam kegelapan dek tiada torch light dan phone yang hampir mati.

Situasi dua hari lepas kembali ke ingatan. Sujudku lama ketika itu, pohon agar Allah sampaikan ke tempat yang sangat dirindui itu walau belum pernah jejak. Sungguh, kisah Nabi Musa berkata-kata dengan Allah di muqaddasi Tuwa yang diulang-ulang di dalam al Quran itu sangat menyentuh hati dan membuat diri sangat merindui tempat itu. Trip tiba-tiba dibatalkan lagi. Sudah dua kali mendaftar, tapi kali ini juga dibatalkan last minute. Hampir merancang untuk hanya mengikuti trip lain ke Matrouh Siwa menikmati pemandangan.

Tiba-tiba kawanku berteriak, "Nura, ada satu trip lagi dibuka. Cuba yang ini pula." Berkali-kali hati mengucapkan syukur, keajaiban berlaku lagi. Moga-moga trip ini tidak dibatalkan. Jika tidak, akan banyak lagi masa-masa yang dibazirkan di sini sedang aku punya 9 hari sahaja.

Tiba-tiba, ada orang Arab meminta laluan untuk untanya berjalan. Kembali ke realiti, aku bergerak ke tepi sedikit. Aku terus menyambung perjalanan sambil menikmati pemandangan di langit. Langit dipenuhi dengan berjuta bintang begermilapan. Terlalu indah, tidak mampu digambarkan perasaan hati ketika itu. Sungguh, Allah ciptakan bintang itu untuk kenikmatan hatimu, manusia! Maka kembalikan hatimu pada Tuhan Pencipta seluruh alam itu,

"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang..."
(al-mulk:5)

Keseorangan di dalam kegelapan. Mungkin ada yang membenci perkara ini dan ada juga segelintir yang menyukai. Siapa yang segelintir itu? Mereka yang tahu dan rasa walau keseorangan tapi sebenarnya berdua bersama Dia; Tuhan yang Maha Melihat dan Mendengar. Dan aku suka begitu, bila aku mampu simpan kata-kata hanya untuk Dia. Penat diri ini yang di siang hari penuh dengan pembicaraan dan pergaulan sesama manusia. Dan kepenatan ini direhatkan dengan berkata-kata denganNya. Seketika bacaan-bacaan al quran yang mengisahkan pendakian nabi Musa dialunkan.

Dan terhenti pada ayat;

Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, wahai Musa?
Berkata Musa:" Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada- Mu Tuhanku, agar Engkau redha ( kepadaku )".
(Taaha: 83-84)


Aku terus melajukan perjalanan. Seakan diri malu dengan nabi Musa yang bersegera untuk mencari keredhaan Allah. Maka diri ini juga ingin bersegera.

Penat. Maka aku berehat duduk seketika. Hebatnya nabi Musa. Macam mana dia mampu mendaki mendahului yang lain dan terlalu bertenaga? Tentulah disebabkan iradah yang kuat. Kerana dia telah dahulu berkenalan dengan Tuhannya, dan hatinya telah terikat dan tidak mampu lagi diputuskan. Hati yang terlalu rindu itu akan mengarahkan badannya juga untuk bersegera mencapai apa yang dirinduinya juga.

Tuhan, ikhlaskan hati ini untuk terus melaju seikhlas nabi Musa. Biar penat, biar lelah, dia tidak berhenti, bahkan terus mengguna tenaga-tenaga terakhirnya. Laju, laju wahai kaki yang melangkah, sesungguhnya engkau akan bertemu Tuhanmu nanti, tak lama lagi waktu itu.

Bersungguh-sungguhlah, berpenat-penatlah, kerana semua itu dilihat dan dinilai oleh Tuhanmu, moga-moga akan mendapat kasihan dan rahmat dari Tuhanmu, moga-moga akan ditinggikan darjat, moga-moga pertemuan itu akan indah seindah mungkin, moga-moga manusia ini tak datang dalam keadaan dinodai dengan kotoran-kotoran dosa, tapi biarlah disinari dengan keampunan dan rahmat.

Dan akhirnya aku sampai ke kemuncak. Belum masuk waktu Subuh lagi. Lalu aku segera mengambil masa-masa ini untuk berdoa. Kerana di waktu ini Tuhan terlalu dekat dengan manusia,
 
Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah S.A.W berkata, “Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, dan menyatakan, ‘Siapa yang berdoa kepadaku, pasti aku kabulkan. Sesiapa yang memohon kepadaku, pasti aku beri, dan sesiapa yang memohon ampun kepadaku, pasti aku ampuni.’”

Lalu azan subuh berkumandang. Wuduk diambil di balik batu dengan menggunakan air di dalam botol yang berbaki. Terlalu indah menunaikan solat di tempat terbuka seperti ini di mana kebesaran dan keagungan Allah mampu dirasai. Dan diri tunduk bersujud sehina-hinanya.

Tak lama lagi matahari akan naik dan pemandangan indah dapat dihayati. Lalu aku mengeluarkan earphone dan memasang bacaan al Quran, surah Tahaa. Salah satu surah yang menceritakan perjalanan hidup nabi Musa ketika mendapat wahyu di Gunung Sinai.

Perasaan ketika itu terlalu indah tak mampu digambarkan. Sayup-sayup suara Misyari Rasyid membacanya.

Dan tiba-tiba waktu seakan terhenti. Ayat itu menguasai hati dan membuatkan air mata deras mengalir. Inikah rahsia surah ini? Rahsia pendakian nabi Musa? Atau kepenatan aku mendaki hanya untuk menghayati ayat ini;

Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan ( kepadamu ).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan ( yang hak ) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
(Taaha:13-14)

Dirikan solat untuk mengingati Aku?

Deras lagi air mata mengalir. Allah Maha Mengetahui kekurangan diri. Sudah lama hati ini gersang, sudah lama solat tidak menjadi kekuatan. Disebabkan solat masih lagi belum khusyuk, sempurna, lalu Allah hadiahkan ayat ini untuk memperbaiki hati, diri dan amalan seharian.

Hati mula bermuhasabah.

Wahai diri, sungguh apabila engkau menggelarkan dirimu seorang seorang daie ilallah, maka mengapa hanya mulut bicara, tidak hati? Bagaimana engkau ingin menyeru pada sesuatu yang engkau tidak dekat, adakah selama ini bicaramu itu satu penipuan?

Ingatlah sabda Rasulullah;

“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat mengerjakan shalat”

Baginda qudwah teragung menjadikan saat solat ini sebagai perkara yang paling menyenangkan hati dalam hidupnya. Rasulullah sangat mencintai Allah dan sangat menikmati pertemuan denganNya. Namun, apa yang tidak kena dengan hati hamba berdosa ini apabila solat itu kadang dilakukan hanya untuk melengkapkan kewajipan seharian. Solat awal dan berjemaah kadang hanya terasa sebagai satu rutin. Mana hilang roh solat itu? Mana hilang cinta aku ?

Apabila Baginda berkata:
 
“Wahai Bilal, rehatkan kami dengan solat.”
 
Solat satu kerehatan. Kerehatan dari segala permasalahan dunia dan kembali kepada Dia, Pencipta dan tujuan terutama hidup ini. Tunduk pada Dia, memuji dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Pengasih, mengadu segala permasalahan yang menyesakkan dan memohon agar dimudahkan.

Dan engkau lalai terhadap solatmu. Apabila engkau mengucapkan "Allahu akhbar", mengatakan bahawa Tuhanmu Maha Besar dari segala permasalahanmu, dari segala nikmat-nikmat yang dikecapi, namun di mana hatimu? Sungguh Allah menyaksikan kejujuran atau pembohongan hatimu.

Matahari mula terbit, sedikit demi sedikit, membiaskan cahaya ke seluruh alam. Subhanallah, pemandangan yang tidak mampu dilakarkan. Terlalu indah mengusik hati. Lantas aku bangun mendekati tebing bersama yang lain.

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingati Allah.
(Al hadid:16)
 

Janjiku padaMu, tidak akan aku palingkan hati ini pada yang lain selain diriMu, wahai Tuhanku.
 
 
 
 

Hati Ingin Bercerita

Sudah lama tiada luahan di sini. Tiada masa, terlalu disibukkan dengan hal-hal dunia, yang moga-moga diharapkan menjadi saham akhirat kelak. Gersang hati ini apabila tidak menulis. Menulis ini salah satu cara aku muhasabah, meningkatkan himmah, dan meluahkan rasa. Dan moga-moga dengan tulisan-tulisan ini pahala akan tetap hadir walau aku sudah tiada di dunia.

Dan hari ini, aku tiada rasa untuk bergerak. Separuh hari aku dibazirkan dengan makan dan tidur dan mungkin beberapa helai bacaan buku. Mungkinkah disebabkan kejadian semalam?

Entah la, satu insiden yang tak mampu pun diceritakan di sini tetapi sudah cukup membuat aku hampir berputus asa.

Orang melihat terkejut melihat aku terlalu kuat. Namun, dia tidak tahu bagaimana usaha aku untuk memujuk hati supaya tiada sesal, tiada ketakutan, tiada air mata mengalir. Sungguh, apa yang sudah berlaku, sudah pun berlaku. Hanya hati yang kupohon agar dikuatkan, agar terus sabar dan terus thiqah pada Yang Maha Mendengar dan Melihat.

Allah, sungguh Engkau lihat segalanya. Dan hanya Engkau yang mampu melihat hati ini. Terlalu rapuhnya hati seorang perempuan ini sesungguhnya. Tapi, punya Tuhan Yang Maha Kuat, aku pohon sedikit kekuatan daripadaMu. Agar aku terus kuat sebagaimana Asiah yang di sampingnya sekejam-kejam manusia, dan sehebat Zainab al Ghazali, yang tak pernah menyerah walau diseksa melebihi lelaki di dalam penjara.

Dan sudah tamat cerita itu. Moga dan moga pengorbanan ini dikira sebagai perngorbanan untuk agamaMu. Sungguh penat jika segalanya hanya debu-debu di sana nanti. Allah, ikhlaskan hati ini sehabis-habisnya. Tak mampu dia terus melangkah dan lakukan terbaik tanpa keikhlasan itu.